Para ilmuwan dari the Agency of Science, Technology and
Research/Duke-NUS Neuroscience Research Partnership, A*STAR's Institute
of Molecular and Cell Biology, dan the National University of Singapore membuat sebuah terobosan mengenai bagaimana kegelisahan diatur dalam otak vertebrata.
Karya mereka memberikan pencerahan tentang bagaimana otak secara normal
menghentikan kegelisahan dan juga memastikan relevansi ikan zebra
sebagai model bagi gangguan psikiatris manusia.
Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Dr. Suresh Jesuthasan menunjukkan bahwa
mengganggu atau mengacaukan rangkaian neuron (sel saraf) tertentu dalam
habenula, mencegah respon normal terhadap situasi stres. Dalam
eksperimen-eksperimen mereka, tim ilmuwan tersebut melatih anakan ikan
zebra untuk berenang menjauh dari sebuah cahaya untuk menghindar dari
sengatan listrik ringan. Ikan-ikan normal dengan mudah mempelajari hal
tersebut, akan tetapi ikan-ikan yang rangkaian tertentu di bagian
habenulanya dirusak, menunjukkan tanda-tanda "ketidakberdayaan".
Walaupun pada mulanya mereka mencoba menghindari sengatan tersebut,
mereka cepat menyerah.
Lebih lagi, ikan-ikan ini menunjukkan indikasi bahwa mereka lebih
gelisah daripada ikan-ikan normal, misalnya gampang ditakutkan dengan
rangsangan yang tak berbahaya. Oleh karena kemiripan otak ikan zebra
dengan otak mamalia, studi tersebut menunjukkan bahwa malfungsi habenula
bisa merupakan penyebab gangguan kegelisahan tertentu pada manusia. Hal
ini berarti bahwa stimulasi langsung habenula bisa saja digunakan
sebagai cara untuk mengobati beberapa tipe gangguan kegelisahan pada
manusia.
Model ikan zebra yang dikembangkan oleh para ilmuwan tersebut dalam
penelitian mereka bisa juga digunakan dalam usaha penemuan obat-obatan
psikiatris di masa yang akan datang.
Seperti yang dikutip Eureka! Science News, Dr. Jesuthasan
mengatakan, "Penelitian kami berhubungan dengan aspek-aspek dasar
pengalaman manusia yaitu stres dan kegelisahan. Kami pikir bahwa
habenula otak terasosiasi dengan penilaian apakah suatu stres telah
diatasi. Studi kami menyediakan satu penjelasan mengenai mengapa
kebutuhan untuk mengontrol lingkungan merupakan bagian yang sangat
penting dalam tingkah laku manusia, karena perasaan kontrol memungkinkan
organisme untuk mengatasi stres."
Dr. Jesuthasan dan timnya berencana untuk melanjutkan studi habenula
pada manusia dan juga mengeksplor bagaimana mereka dapat menggunakan
pengetahuan mereka tentang fungsi habenula untuk mengobati gangguan
kegelisahan.
Sumber: http://sainspop.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar