Nama sungai di Jakarta, berhulu di Gunung Pangrango, Jawa Barat. Sungai
ini mengalir melalui Puncak, Ciawi, lalu membelok ke utara melalui
Bogor, Depok, Jakarta dan bermuara di Teluk Jakarta. Dari Kota Jakarta,
alirannya bercabang dua di daerah Manggarai: yang satu melalui tengah
kota, antara lain sepanjang daerah Gunung Sahari, dan yang lain melalui
pinggir kota, antara lain melalui Tanah Abang.
Sungai yang
mengalir di tengah Kota Jakarta ini, mengalir lurus dan membelak ke
timur setibanya di seberang Jl. Labu Hayam Wuruk dan menumpahkan airnya
ke Kali Tangki di sisi jalan tersebut. Air Ciliwung masih terus ke
utara, menyusuri sisi timur Medan Glodok dan baru membelak ke timur
setelah melewati Gedung Bioskop Pelangi (pertokoan Harco), sebagian lagi
menumpahkan air ke Kali Besar yang masa itu membentang dari timur ke
barat, menyusuri Jl. Pancoran (di seberang Glodok Building) sampai
melewati Jembatan Toko Tiga. Bagian Kali Besar yang menyusuri Jl.
Pancoran sudah tidak ada, mungkin telah menjadi riol tertutup.
Sekitar 80 persen pencemaran di Sungai Ciliwung disebabkan oleh sampah
rumah tangga atau limbah domestik. Berdasarkan hasil investigasi
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), terdapat 108 titik tumpukan sampah
yang merupakan lokasi pembuangan sampah di bantaran Sungai Ciliwung.
Pencemaran itu merupakan akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat
menjaga lingkungan. Sungai Ciliwung, yang seharusnya optimal menampung
air hujan, kini telah kotor.
"Kondisi kualitas air Sungai Ciliwung saat ini sudah tercemar. Hal itu juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan Sungai Ciliwung," kata Gubernur DKI Jakarta akhir pekan lalu.
Menteri Lingkungan Hidup RI Balthasar Kambuaya menambahkan selain pencemaran dari sampah keluarga, terdapat sekitar 400 kegiatan usaha yang secara langsung maupun tidak membuang air limbahnya ke Ciliwung. Bahkan, kata dia, berdasarkan hasil investigasi, terdapat 108 titik tumpukan sampah yang merupakan lokasi pembuangan sampah di bantaran Sungai Ciliwung.
Dari jumlah itu, 10 titik tumpukan sampah telah ditutup. Namun, dari pengamatan di lapangan, masih banyak ditemukan masyarakat yang menghuni bantaran sungai. tercatat 26.818 keluarga yang menghuni bantaran Sungai Ciliwung. Hal itu menyebabkan terjadinya sedimentasi, penyempitan sungai, dan tingginya angka pencemaran.
"Kondisi kualitas air Sungai Ciliwung saat ini sudah tercemar. Hal itu juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan Sungai Ciliwung," kata Gubernur DKI Jakarta akhir pekan lalu.
Menteri Lingkungan Hidup RI Balthasar Kambuaya menambahkan selain pencemaran dari sampah keluarga, terdapat sekitar 400 kegiatan usaha yang secara langsung maupun tidak membuang air limbahnya ke Ciliwung. Bahkan, kata dia, berdasarkan hasil investigasi, terdapat 108 titik tumpukan sampah yang merupakan lokasi pembuangan sampah di bantaran Sungai Ciliwung.
Dari jumlah itu, 10 titik tumpukan sampah telah ditutup. Namun, dari pengamatan di lapangan, masih banyak ditemukan masyarakat yang menghuni bantaran sungai. tercatat 26.818 keluarga yang menghuni bantaran Sungai Ciliwung. Hal itu menyebabkan terjadinya sedimentasi, penyempitan sungai, dan tingginya angka pencemaran.
Saran :
- a.Pemerintah harus secepatnya menanggapi masalah yang terjadi didalam suatu pencemaran yang terjadi dibantaran sungai.
- b.Diadakannya penyuluhan terhadap masyarakat agar dapat mengetahui dampak apa saja yang terjadi.
- c.Dilakukannya perubahan atau perbaikan tanggul sungai.
- d.Memasang papan pengumuman agar tidak membuang sampah dibantaran sungai.