Kamis, 25 April 2013

Ponsel Anda Menceritakan Tentang Anda

Dalam dunia forensik hp, orang-orang dalam memiliki nama untuk semua informasi pribadi yang secara sadar maupun tak sadar tersimpan dalam telepon genggam anda. Mereka menyebutnya "sidik jari digital".

Dengan peralatan yang tepat serta akses langsung ke ponsel anda, siapa saja dapat menyadap rincian pribadi kehidupan anda: sms, foto-foto, tweet, facebook, janjian anda, tempat olahraga favorit anda, atau bahkan apa yang kamu makan semalam.
 
"Anda bisa mengetahui segalanya tentang seseorang melalui ponselnya," tutur Amber Schroader, pemilik Paraben of Pleasant Grove, Utah, yang membuat perangkat lunak forensik bagi para penyelidik dan masyarakat umum. "Anda dapat melihat video-video YouTube mereka, situs-situs yang mereka jelajahi, gambar-gambar mereka. Orang-orang kecanduan akan telepon genggam mereka, jadi ini merupakan informasi terkini dan paling berharga yang tersedia mengenai seseorang."
 
Walaupun perusahaan-perusahaan nirkabel dan pihak lainnya telah lama bisa melacak lokasi hp dari jauh, masih belum jelas informasi lainnya yang bisa diakses dari jauh. Akan tetapi para penyelidik forensik telah lama mengetahui bahwa penyimpanan data biografis dapat dikumpulkan ketika mereka memiliki akses langsung ke peralatan-peralatan genggam. Bahkan sebelum penemuan arsip pelacakan lokasi yang diperlihatkan oleh para peneliti minggu ini telah ditemukan pada iPhone, para penyelidik telah mengumpulkan data dari smartphone Apple.
 
"Kami menganalisa iPhone sejak diluncurkan," kata Christopher Vance, spesialis forensik digital di Marshall University's Forensics Science Center, yang bekerja dengan agensi penegak hukum baik swasta maupun negri di Virginia Barat. Vance dan laboratoriumnya membantu mengambil data dari iPhone termasuk catatan panggilan, hasil pencarian peta dari aplikasi Google Maps, grafik-grafik yang tersimpan di tembolok peramban, bahkan catatan tentang apa yang telah diketikkan ke papan kunci virtual iPhone. "Ada banyak sekali informasi penting pada iPhone," tuturnya.
 
Tak semua orang senang akan betapa gampangnya membuat hp mengungkap rahasianya. Apple telah menghiraukan permintaan terus menerus terhadap komentar akan arsip pelacakan, bahkan ketika para anggota Konggres mulai menanyakan pertanyaan mengapa Apple melacak para pengguna teleponnya dan apa yang dilakukannya terhadap informasi tersebut. Lagi pula para advokat privasi memperingatkan bahwa mengambil data dari hp seseorang tanpa ijinnya merupakan satu langkah turun lagi di jalan yang sudah bermasalah.
 
"Ini bukan telepon genggam - ini adalah telepon sadap," tutur John M. Simpson, direktur Consumer Watchdog's Privacy Project. "Para konsumen harus memiliki hak untuk mengontrol apakah data mereka dikumpulkan dan bagaimana itu dipergunakan. "Orang-orang tidak menyadari tentang tambang emas data tentang kehidupan mereka yang ada di dalam hp mereka," tambahnya. "Harus ada proses pembelajaran agar supaya orang-orang akan mulai memahaminya."
 
Para advokat privasi mengatakan bahwa penyingkapan arsip pelacakan iPhone menggarisbawahi kebutuhan akan hukum dan perundang-undangan baru untuk menentukan jenis dan jumlah informasi yang dapat dikumupulkan peralatan bergerak. Sebagai tambahan terhadap arsip pelacakan iPhone, telah dibuka bahwa iPhone milik Apple dan telepon Android milik Google secara teratur mengirmkan data lokasi ke kedua perusahaan tersebut.
 
"Saya melihat lereng licin," kata Sharon Goott Nissim, perwakilan privasi konsumen di Electronic Privacy Information Center, sebuah kelompok advokasi konsumen. "Ketika pengumpulan data sudah dilakukan, lebih sulit lagi untuk menghentikan para penegak hukum memperoleh akses terhadapnya. Cara untuk menghentikan ini ialah menghentikan pengumpulan tersebut pertama-tama."
 
Dari pengalaman selama bertahun-tahun, sekarang para penyelidik telah memiliki pemikiran yang lebih baik daripada pemilik telepon mengenai data apa yang dapat mereka dapatkan secara legal dari telepon para konsumen. Arsip pelacakan lokasi iPhone tersebut "telah terbang di bawah radar untuk sesaat," kata Sean Morrissey, CEO Katana Forensics. "Bagi para penyelidik forensik, itu merupakan hal yang baik. Anda tak ingin menyampaikan pada orang jahat bahwa anda bisa mendapatkan informasi tersebut dari teleponnya. "Kami tahu sebagian besar data nantinya akan terdapat pada peralatan bergerak," katanya.
 
Para penyelidik forensik telah lama bisa mengambil daftar koneksi, rekaman panggilan dan pesan singkat dari ponsel. Akan tetapi smartphone seperti iPhone telah secara signifikan meningkatkan jumlah datanya. Bagian tersebut berkaitan dengan bertumbuhnya penggunaan konsumen terhadap peralatan seperti itu dan semakin banyak aplikasi yang tersedia untuk peralatan itu.
 
Schroader, yang firmanya menawarkan alat pengambilan data forensik senilai $199 yang disebut iRecovery, mengatakan walaupun para penyelidik telah dapat menjelajahi jeroan ponsel selama bertahun-tahun, pertumbuhan kapasitas smartphone berarti perubahan besar dalam jumlah data pribadi sekarang mudah didapatkan.
 
"Kami telah membuat alat-alat ini yang mendukung iPhone, Windows Mobile dan Android selama bertahun-tahun, namun penyimpanannyalah yang mengubah segalanya," katanya. "Hp jadul anda memiliki penyimpanan beberapa MB. Sekarang kita berada pada tingkat GB, dan akhirnya akan berada pada terabyte. Lebih lagi jika kita bekerja sama dengan penegak hukum, yang menerjemahkannya ke lebih banyak bukti, yang membuat kami semua sangat senang."

Revolusi Energi, Kunci Kehidupan Kompleks

Evolusi kehidupan kompleks sangat bergantung pada mitokondria yaitu pembangkit tenaga mungil yang ditemukan di semua sel-sel kompleks, menurut penelitian baru.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Dr. Nick Lane dari University College London dan Dr. WIlliam Martin dari Universitas Dusseldorf. "Prinsip-prinsip utamanya bersifat universal. Energi merupakan hal yang sangat penting, bahkan dalam dunia penemuan evolusioner. "Alien pun membutuhkan mitokondria."

Selama 70 tahun para ilmuwan berpikir bahwa evolusi nukleus atau inti sel merupakan kunci kehidupan kompleks. Saat ini dalam karya yang dipublikasikan di Nature pada tanggal 21 Oktober, Lane dan Martin mengungkapkan bahwa sebenarnya mitokondria merupakan bagian yang paling mendasar bagi perkembangan berbagai inovasi kompleks seperti nukleus karena fungsinya sebagai pembangkit tenaga dalam sel. "Pandangan tradisional yang digulingkan tersebut bahwa lompatan ke sel-sel 'eukarotik' hanya memerlukan mutasi yang tepat. Sebenarnya hal tersebut memerlukan sejenis revolusi industri dalam arti produksi energi," jelas Dr. Lane seperti yang dikutip dari Physorg (20/10/10).

Pada tingkat sel, manusia memiliki lebih banyak kesamaan dengan jamur, magnolia dan marigold ketimbang dengan bakteri. Alasannya ialah sel-sel kompleks seperti tumbuhan, hewan dan fungi memiliki ruang-ruang khusus termasuk pusat informasi yaitu nukleus dan pembangkit tenaga dalam hal ini mitokondria. Ruang-ruang dalam sel ini disebut 'eukariotik' dan semuanya berasal dari nenek moyang yang sama yang hanya timbul sekali dalam empat milyar tahun evolusi.

Para ilmuwan sekarang mengetahui bahwa nenek moyang yang sama ini yaitu 'eukariota pertama' lebih rumit dari bakteri manapun. Eukariota tersebut memiliki ribuan lebih gen dan protein ketimbang bakteri apapun selain kesamaan fitur seperti kode genetik. Akan tetapi apa yang memungkinkan eukariota mengakumulasi semua ekstra gen dan protein ini? Mengapa bakteri tidak?

Dengan memfokuskan pada energi yang ada di tiap gen, Lane dan Martin menunjukkan bahwa sel eukariotik rata-rata bisa mendukung 200.000 kali lipat lebih banyak gen daripada bakteri. "Hal ini memberikan bahan mentah kepada eukariota yang memungkinkannya mengakumulasi gen-gen baru, famili gen besar dan sistem regulator dalam skala yang tak mampu dilakukan bakteri," tutur Dr. Lane. "Itu merupakan basis kompleksitas, walaupun tidak selalu digunakan."

"Bakteri ada di dasar jurang bentangan energi, dan tidak pernah menemukan cara untuk keluar," jelas Dr. Martin. "Mitokondria memberikan eukariota empat atau lima urutan besarnya energi tiap gen, dan hal tersebut memungkinkannya untuk membuat terowongan keluar melalui dinding jurang tersebut."

Peneliti tersebut kemudian beranjak ke pertanyaan kedua yaitu mengapa bakteri tidak meruangkan diri sendiri untuk mendapatkan keuntungan memiliki mitokondria? Bakteri sering kali memulainya tapi tak pernah sampai tahap yang lebih jauh. Jawabannya terlektak pada genom mungil mitokondria. Gen-gen ini diperlukan untuk respirasi sel dan tanpa mereka sel-sel eukariotik akan mati. Jika sel-sel kian membesar dan lebih berenergi, mereka membutuhkan lebih banyak salinan gen-gen mitokondria untuk tetap hidup.

Bakteri menghadapi masalah yang sama. Mereka dapat menanganinya dengan membuat ribuan salinan keseluruhan genomnya yang dalam kasus sel bakteri raksasa seperti Epulopiscium bisa mencapai 600.000. Akan tetapi semua DNA ini memiliki ongkos energi besar yang melumpuhkan sekalipun bakteri raksasa yaitu kelumpuhan yang menghentikannya untuk berubah menjadi eukariota yang lebih kompleks. "Satu-satunya jalan keluar ialah jika satu sel entah bagaimana masuk ke dalam sel lainnya yang disebut endosimbiosis," kata Dr. Lane.

Sel-sel saling berkompetisi satu sama lain. Ketika hidup dalam sel-sel lain mereka cenderung berpotongan tergantung pada sel inangnya jika memungkinkan. Selama waktu evolusioner, mereka kehilangan gen-gen yang tak diperlukan dan menjadi langsing yang pada akhirnya hanya memiliki bagian-bagian kecil gen permulaan yaitu hanya gen-gen yang sangat diperlukan mereka.

Kunci kompleksitas yaitu bahwa gen-gen sedikit yang tersisa ini dianggap hampir tak ada. Mengkalkulasi energi yang diperlukan untuk mendukung genom bakteri normal dalam ribuan salinan serta ongkosnya merupakan suatu penghalang. Jika hal tersebut dilakukan pada genom mitokondrial mungil, ongkosnya sangat mudah ditanggung, seperti yang ditunjukkan dalam makalah Nature. Perbedaannya ialah jumlah DNA yang bisa didukung dalam nukleus, bukan sebagai salinan repetitif gen-gen tua yang sama, tapi sebagai bahan mentah bagi evolusi baru.

"Jika evolusi bekerja seperti seorang yang tanpa keahlian, evolusi mitokondria bekerja layaknya seperti sekelompok insinyur," tutur Dr. Martin. Masalahnya ialah, walaupun sel dalam sel merupakan sesuatu yang lazim pada eukariota yang sering kali menelan sel lain, eukariota semakin jarang pada bakteri yang lebih kaku. Hal tersebut bisa dengan baik menjelaskan mengapa kehidpan kompleks dalam hal ini eukariota hanya berkembang sekali dalam sejarah Bumi, menurut kesimpulan Lane dan Martin. 

               http://www.nature.com/nature/journal/v467/n7318/full/nature09486.html

Kaca Helm Lindungi Tentara dari Ledakan

Helm militer yang digunakan saat ini masih memberikan akses bagi daya ledakan untuk melakukan penetrasi melalui wajah. Menambahkan kaca helm pada helm standar militer, bisa membantu melindungi tentara dari cedera otak.

Penelitian baru yang memodelkan bagaimana gelombang kejut (shock wave) melewati kepala menemukan bahwa penambahan pelindung wajah bisa membelokkan porsi substansial ledakan yang jika tanpa pelindung tersebut akan dengan mulus menjangkau otak.

Studi ini merupakan bagian dari sejumlah besar penelitian baru untuk menghentikan cedera otak traumatis. Diperkirakan 1,5 juta orang Amerika menderita cedera otak traumatis ringan setiap tahun, dan hampir 200.000 anggota tentara terdiagnosa menderita cedera tersebut sejak tahun 2000, menurut Armed Forces Health Surveillance Center di Silver Spring, Maryland. Walaupun tubrukan langsung seperti membenturkan kepala jelas-jelas dapat mencederai otak, daya yang berlangsung ketika bahan peledak mengirimkan gelombang kejut melalui kepala lebih sulit untuk dikarakterisasikan.

Dalam studi tersebut, para peneliti yang dipimpin oleh Raúl Radovitzky dari MIT’s Institute for Soldier Nanotechnologies menciptakan model komputer terperinci kepala manusia termasuk lapisan lemak dan kulit, tengkorak, serta berbagai jenis jaringan otak. Tim tersebut memodelkan gelombang kejut dari sebuah ledakan yang diledakkan tepat di depan wajah dalam tiga kondisi: dengan kepala telanjang, dilindungi oleh helm yang sekarang digunakan dalam pertempuran, dan dilindungi oleh helm tersebut dengan tambahan pelindung wajah polikarbonat.

Hasilnya menunjukkan bahwa helm yang digunakan saat ini oleh pihak militer tidak memperburuk kerusakan seperti yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Akan tetapi setidaknya dalam hal perlindungan dari ledakan, helm tersebut juga tidak banyak membantu. Penambahan pelindung wajah akan memperbaiki beberapa masalah, menurut laporan tim tersebut.
 
"Pelindung wajah banyak perperan dalam membelokkan daya dari gelombang ledakan dan tidak membiarkannya secara langsung menyentuh jaringan lunak," kata Radovitzky. "Kami tidak mengatakan bahwa ini merupakan desain terbaik bagi pelindung wajah, tapi kami mengatakan kita perlu melindungi wajah."
Untuk memvalidasi model tersebut, para peneliti di MIT dan di mana pun juga harus melakukan eksperimen di dunia nyata. Akan tetapi karya tersebut menunjukkan kelemahan utama pada helm yang digunakan saat ini.
 
"Helm ini tidak didesain untuk menghentikan tekanan gelombang dan tidak didesain untuk menghentikan peluru," tutur Albert King yang merupakan direktur Bioengineering Center di Wayne State University Detroit. "Seperti halnya helm American football tidak didesain untuk menghentikan geger otak tapi untuk menghentikan fraktur atau keretakan tengkorak."

Mendesain helm yang tahan ledakan membutuhkan pengetahuan lebih baik tentang apa yang terjadi dalam otak ketika disapu oleh ledakan. Para tentara yang mengalami ledakan acapkali menggambarkan angin atau gelombang yang membuat mereka melihat bintang-bintang. "Saya pusing," merupakan laporan yang biasa didengar.

Cedera otak traumatis "ringan" yang diakibatkan, tidak menyebabkan kehilangan kesadaran jangka panjang, dan pemindaian otak memperlihatkan hasil normal. Akan tetapi melabelkan cedera ini sebagai cedera ringan merupakan istilah yang tidak cocok, kata Douglas Smith yang merupakan direktur Center for Brain Injury and Repair di Universitas Pennsylvania di Philadelphia. "Bukan ringan, terminologi itu membuat orang tersesat," tutur Smith. "Hal tersebut merupakan sesuatu yang serius yang bisa menyebabkan disfungsi berat."
 
Smith beserta para koleganya mengerjakan sensor yang bisa ditempatkan dalam helm atau kendaraan dan seperti alat pendeteksi radiasi yang dipakai oleh para pekerja di pabrik nuklir akan mengindikasikan eksposur terhadap daya ledakan yang dapat menyebabkan cedera otak. Sensor tersebut digambarkan dalam sebuah makalah yang akan diterbitkan di NeuroImage.

Walaupun sebuah sensor mengindikasikan eksposur terhadap daya ledakan, masih belum jelas bagaimana tepatnya daya tersebut menyebabkan trauma otak. Dalam kondisi sehari-hari, otak secara gampang dapat menahan sedikit tubrukan. "Jatuhkan diri anda ke kursi maka otak anda akan bergoyang seperti gel agar-agar," ujar Smith. Namun dalam kecepatan yang sangat tinggi, sel-sel otak bukannya melonggar tapi bisa retak dan pecah seperti kaca.

Efek jangka panjang dari sel-sel otak yang rusak ini sebagian besar tidak diketahui. Di samping sakit kepala kronis, pusing dan kesulitan mengingat kata-kata, penelitian menunjukkan bahwa ketika otak lumpuh walau hanya beberapa menit, cenderung menimbulkan depresi.
 
Scott Matthews yang merupakan seorang psikiater di Universitas California, San Diego, yang mempelajari cedera otak traumatis ringan pada para veteran, memperhatikan bahwa kausalitas tidak dapat dipastikan. Akan tetapi pada para tentara yang pernah terlibat dalam pertempuran, dia melihat depresi dua kali sesering pada orang-orang dengan cedera otak traumatis. "Ada bukti yang kian banyak bahwa kehilangan kesadaran bisa mengubah otak," kata Matthews.
 
Membongkar penyebab serta efek dan mendesain eksperimen untuk menjelaskan cedera otak traumatis serta akibat buruknya tetap sangat menantang. Lagi pula menerjemahkan temuan-temuan signifikan tersebut ke dalam kebijakan yang berarti bisa sama sulitnya. Bahkan mengimplementasikan sesuatu yang sesederhana helm dengan pelindung wajah memiliki permasalahan, kata Smith.
 
"Bagaimana anda menyebarkan sesuatu yang seperti itu?" katanya. "Ada hal-hal praktis seperti masalah temperatur dan kemudian ada keinginan para tentara bisa bertemu dan bersalam-salaman di pedesaan tanpa terlihat seperti orang luar angkasa." Penelitian tersebut dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Science

Sabtu, 06 April 2013

Mahakarya Teori Intelegensi Buatan Gabungan

Mungkin saja di masa yang akan datang robot humanoid bisa menjadi teman manusia seperti yang digambarkan di berbagai film fiksi ilmiah.

Pada periode 50an sampai 60an, para peneliti intelegensi buatan (IB) mencoba untuk mengungkap proses berpikir. Namun ternyata proses itu lebih kompleks dari yang pernah dibayangkan. Sejak saat itu para peneliti intelegensi buatan malahan mengandalkan probabilitas yaitu pola statistik yang dapat dimengerti komputer dari kumpulan data latihan.
 
Pendekatan probabilistik telah menghasilkan hampir keseluruhan kemajuan di bidang intelegensi buatan, seperti berbagai sistem pengenalan suara atau voice recognition systems, atau pun sebuah sistem yang merekomendasikan film bagi para langganan Netfix. Akan tetapi Noah Goodman, seorang peneliti MIT di bagian Otak dan Ilmu Kognisi tapi laboratoriumnya Ilmu Komputer dan Intelegensi Buatan, berpikir bahwa IB kehilangan sesuatu yang berharga dengan tidak meneliti proses berpikir. Dengan mengkombinasikan sistem proses berpikir lama bersama sistem probabilistik baru, Goodman menemukan jalan untuk memetakan pikiran yang memberikan dampak luas bagi IB maupun ilmu kognitif.
 
Para peneliti IB terdahulu melihat proses berpikir sebagai kesimpulan logika: jika anda tahu bahwa burung bisa terbang dan dikatakan bahwa sayap yang terbuat dari lilin adalah seekor burung, maka anda bisa menyimpulkan bahwa sayap lilin itu bisa terbang. Salah satu dari penelitian IB pertama adalah pengembangan bahasa matematis yang mirip dengah bahasa komputer di mana para peneliti bisa menyandikan atau mengkodekan pernyataan seperti "burung bisa terbang" dan "sayap lilin adalah burung". Jika bahasa itu dulunya cukup tepat, algoritma komputer bisa menyisir pernyataan yang tersimpan dan mengkalkulasi semua kesimpulan logika yang sah. Setelah mereka mengembangkan bahasa seperti itu, para peneliti IB mulai menggunakan bahasa itu untuk mengkodekan banyak pernyataan berdasarkan akal sehat, yang disimpan di basis data yang sangat besar.
 
Masalah yang dihadapi dengan pendekatan ini yaitu bahwa tak semua burung bisa terbang. Lagi pula di antara burung yang dapat terbang, ada perbedaan antara rajawali dalam sangkar dan rajawali yang patah sayap, dan berbagai perbedaan lain antara rajawali dan pinguin. Bahasa matematis yang dikembangkan oleh para peneliti IB terdahulu cukup fleksibel untuk merepresentasikan perbedaan konseptual seperti itu, namun menulis seluruh perbedaan diperlukan karena bahkan tugas kognitif yang paling dasar terbukti lebih sulit dari yang dibayangkan.

Memeluk Ketidakpastian
 
Pada IB probabilistik, menurut perbedaan, sebuah komputer diberikan banyak masukan atau contoh seperti gambar berbagai burung dan dibiarkan menyimpulkan sendiri apa yang menjadi ciri umum dari masukan tersebut. Pendekatan ini bekerja cukup baik dengan konsep kongkrit seperti "burung", namun bermasalah dengan konsep yang lebih abstrak seperti penerbangan, suatu kemampuan umum yang dimiliki oleh burung, helikopter, layang-layang dan pahlawan super. Anda bisa menunjukkan kepada suatu sistem probabilistik banyak gambar penerbangan, namun walaupun sistem itu bisa menemukan ciri umum yang dimiliki oleh gambar-gambar tersebut, akan sangat mungkin untuk salah mengidentifikasi awan, atau matahari, atau antena di atas gedung sebagai contoh penerbangan. Dan bahkan penerbangan merupakan konsep kongkrit jika dibandingkan dengan, katakanlah, "tata bahasa", atau "keibuan".
 
Sebagai alat penelitian, Goodman mengembangkan sebuah bahasa pemrograman komputer yang disebut Church sesuai dengan nama Alonzo Church yakni seorang ahli logika Amerika terkenal. Bahasa itu seperti berbagai bahasa terdahulu IB mengikutsertakan aturan kesimpulan. Namun aturan itu bersifat probabilistik. Katakanlah kasuari adalah seekor burung, sebuah program yang ditulis dalam Church bisa saja mengikutsertakan bahwa kasuari mungkin bisa terbang. Tapi jika program itu diberitahukan bahwa kasuari bisa seberat 90kg, dia bisa saja merevisi perkiraan probabilitas pertamanya, menyimpulkan bahwa, sebenarnya kasuari mungkin tak bisa terbang.
 
"Dengan penalaran probabilistik, anda mendapat keseluruhan struktur dengan cuma-cuma," kata Goodman seperti yang dikutip Physorg. Sebuah program Church yang tak pernah menemukan burung yang tak bisa terbang bisa saja pada permulaan menetapkan probabilitas bahwa setiap burung bisa terbang di angka 99,99 persen. Namun begitu dia belajar tentang kasuari dan pinguin, juga rajawali di sangkar dan yang patah sayap, dia merevisi probabilitasnya menurut hal-hal itu. Pada akhirnya, probabilitas merepresentasikan seluruh konsep perbedaan yang harus dikodekan secara manual oleh para peneliti IB terdahulu. Tapi sistem itu belajar perbedaan itu dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, seperti cara manusia belajar konsep baru dan merevisi yang lama.
 
"Apa yang istimewa dari program ini yaitu dia memperkenankan anda untuk membangun pemetaan kognisi dengan cara yang lebih jujur dan transparan dari yang pernah anda lakukan sebelumnya," kata Nick Chater, seorang profesor ilmu kognisi dan keputusan di Universitas College London. "Anda bisa membayangkan keseluruhan yang diketahui manusia, dan mencoba untuk mendaftarkan semua itu merupakan sebuah tugas yang tak ada akhirnya, dan mungkin adalah suatu tugas tak terbatas. Tapi trik baru berkata, "tidak, katakan saja beberapa hal kepada saya," dan bagian otaknya dalam hal ini sistem Church, mudah-mudahan agak sejalan dengan pikiran melakukannya, bisa mengocok, menggunakan kalkulasi probabilistiknya, semua akibat dan kesimpulan. Dan juga, ketika anda memberikan informasi baru ke dalam sistem itu, ia bisa menyimpulkan akibatnya."

Pikiran-Pikiran Pemetaan
 
Program-program yang menggunakan kesimpulan probabilistik nampaknya mampu memetakan kapasitas kognisi manusia lebih luas daripada pemetaan kognisi tradisional. Pada konferensi Masyarakat Ilmu Kognisi tahun 2008, sebagai contoh, Goodman dan Charles Kemp, yang merupakan mahasiswa PhD di BCS pada waktu itu, mempresentasikan karya di mana mereka memberikan para subyek manusia sebuah daftar tujuh atau delapan pegawai pada sebuah perusahaan fiktif dan memberitahukan mereka pegawai mana mengirim surel ke yang lain. Kemudian mereka memberikan para subyek sebuah daftar pendek pegawai pada perusahaan fiktif lain. Tanpa data tambahan, para subyek diminta untuk membuat sebuah grafik yang menggambarkan siapa yang mengirim surel kepada siapa di perusahaan kedua.
 
Jika pola surel di kasus contoh membentuk sebuah rantai - Alice mengirim surel ke Bob yang mengirim surel ke Carol, dan ke, katakanlah Henry - para subyek manusia cenderung memprediksi bahwa pola surel di kasus contoh itu akan juga membentuk suatu rantai. Jika pola surel pada kasus contoh membentuk suatu putaran - Alice mengirim surel ke Bob yang mengirim surel ke Carol, dan seterusnya, tapi Henry mengirim surel ke Alice - para subyek juga memprediksi putaran di kasus contoh itu.
 
Sebuah program yang menggunakan kesimpulan probabilistik, diminta untuk melakukan tugas yang sama, berperilaku hampir sama dengan subyek manusia, menyimpulkan rantai dari rantai dan putaran dari putaran. Tapi berbagai pemetaan kognisi konvensional sama sekali memprediksikan pola surel acak pada kasus contoh: mereka tak bisa menyimpulkan konsep level tinggi dari putaran dan rantai. Dengan para kolaborator di Bagian Ilmu Otak dan Kognisi, Goodman melakukan percobaan serupa di mana para subyek diminta untuk menyortir gambar-gambar serangga atau pohon ke dalam kategori berbeda, atau membuat kesimpulan yang memerlukan penerkaan apa yang dipikirkan orang lain. Pada semua kasus ini, yang sebagiannya juga dipresentasikan di konferensi Masyarakat Ilmu Kognisi, program Church melakukan pekerjaan memetakan pikiran manusia lebih baik ketimbang algoritme intelegensi buatan tradisional.
 
Chater memperingatkan hal itu, sementara program Church bekerja dengan baik pada tugas yang ditargetkan, mereka saat itu terlalu intensif berhitung untuk bekerja sebagai simulator pikiran umum."Itu merupakan masalah serius jika anda mau menggunakanya untuk memecahkan setiap masalah di bawah matahari," kata Chater. "Tapi itu baru dibuat, dan hal-hal ini selalu payah dioptimalisasi ketika mereka baru dibuat." Dan Chater menekankan bahwa membuat sistem itu bekerja adalah suatu pencapaian: "Itu merupakan sesuatu yang bisa saja dihasilkan seseorang sebagai saran teoritik, dan anda akan berpikir, 'Wow, itu sangat pintar, tapi saya yakin anda tak bisa membuatnya berjalan, benar saja.' Dan keajaibannya ialah dia benar-benar berjalan, dan bekerja."

Terbentuknya Benua

Sebuah cara baru untuk mengkalkulasi umur kerak Bumi telah dikembangkan oleh para peneliti dari Universitas Bristol dan Universitas St. Andrews.

Kerak benua merupakan rekaman utama kondisi Bumi selama 4,4 milyar tahun terakhir. Pembentukannya mengubah komposisi lapisan mantel dan atmosfer, ia mendukung kehidupan, dan tetap sebagai pencuci karbon dioksida melalui cuaca dan erosi. Oleh karena itu, kerak benua memiliki peran utama dalam evolusi Bumi, dan sekalipun begitu pewaktuan turunannya tetap menjadi topik perdebatan hangat.

Secara luas diyakini bahwa kerak benua muda telah bertumbuh dari mantel bagian atas yang menipis. Satu cara umum untuk mengetahui kapan kerak baru terbentuk ialah dengan menentukan komposisi isotop radiogenik dari sampel kerak, dan membandingkan ciri-ciri isotopnya dengan mantel yang telah menipis. Dengan kata lain, isotop radiogenik dapat digunakan untuk mengkalkulasi 'model umur' pembentukan kerak, yang merepresentasikan waktu karena sampel kerak terpisah dari sumber mantelnya.

Konsep 'model umur' telah secara luas digunakan dalam studi-studi evolusi kerak selama tiga dekade terakhir. Namun semakin jelas bahwa menggunakan komposisi isotop dari mantel yang menipis sebagai sebuah referensi kalkulasi model umur turunan kerak benua bisa membawa kepada interpretasi yang tidak lengkap.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan kemarin di jurnal Science, Dr. Bruno Dhuime dari Sekolah Ilmu Bumi Bristol dan para koleganya menggambarkan sebuah metodologi baru bagi kalkulasi model umur, berdasarkan komposisi isotop dari rata-rata kerak benua baru.
 
Dr. Dhuime mengatakan: "Usia yang dihitung dengan cara ini secara signifikan lebih muda dari model umur yang dihitung dari komposisi isotop mantel yang menipis. Usia baru yang didapatkan lebih konsisten dengan rekaman geologis, yang membuka perspektif baru dalam studi evolusi kerak berdasarkan isotop radiogenik." Demikian seperti yang dikutip dari Physorg (13/01/11).